Total Tayangan Halaman

Kamis, 03 Maret 2011

Tombak dan Kaos Dalam Bintang


Ini kisahku dengan empat orang sahabatku. Dolfi, Wawan, Natce, Nisun, dan aku sendiri. Suatu hari ketika kami menunggu mata kuliah selanjutnya, seperti biasa aku dan mereka menunggu di lantai atas, kami membujuk petugas lab untuk meminjamkan salah satu alat musik kepada kami. Kami sudah sering melakukan hal ini, kami bernyanyi di ruang itu dan kami merasa kami merasa seolah- olah kami adalah anggota Glee Club. Namun, dau hari belakangan ini, setiap kami ingin ke lab, ada-ada saja halangannya. Si Dolfi yang ngambek karena aku mendahulukan belajar dari pada ndengerin dia yang kadang ga jelas dan dan isi hatinya sulit ditebak, untuk membujuknya agar mau lagi, terpaksa kami harus memuji- mujinya setinggi lagit.
" Ayo dong Dolfi, ini demi ppersahabatan kita..." kataku membujuknya.
" Ah.. ga mau, kamu aja lebih memilih si penggesah itu dari pada aku yang kau bilang sahabatmu..." kata si Dolfi
" Ih.... ngapa sih si Dolfi, tingkahnya kayak banci murahan aja kalo kayak gitu! AYOO CEPATTTTT!!!!! Natce memaksanya
" Di mana arti persahabatan yang selama ini kita junjung tinggi itu??? Di mana....?" kata Nisun dengan hidung lebarnya, yang seolah dapat menghisap semesta ini.
" Ayo Dolfi, di sini kan kau tokoh uttamanya, kau yang paling penting, ayo, ayolahhhh! rayuku
Dengan gerakan yang sulit ditebak kemana juntrungannya, dia akhirnya menaikki tangga dan bergabung dengan kami.
Saat kami tiba di lab, ternyata... KOSONG, ketok sana ketok sini, ternyata si kakak JT tak ada. Kini, kami berada dalam keputusasaan. Padahal kami memulai langkah kami dengan kepasttian dan harapan yang membuat kami saling membela dan mengasihi.
"Ya sudahlah, ayo kita duduk di sudut kota ini dan bercerita tentang perubahan demi perubahan yang terjadi di tempat ini. Setelah panjang lebar kami bercerita si hidung serem alias si Nisun, bilang bahwa ayahnya akan pergi ke sebuah dusun yang masih sangat primitif.
Kami tidak  membiarkan ayahnya pergi sendirian, kami tak kan rela ketika Rano Karno kami, diganggu oleh suku itu,  maka dari itu kami mengikutinya secara diam- diam.

Lima jam dari  tempat kami belajar kami sampailah ke tempat itu, kami bagaikkan syuting Primitive Runaway, ya Tuhan, pikirku, masih ada tempat seperti ini, di negeri sejaya ini.
Dalam perjalanan kami, kami menemui banyak orang aneh, tidak dapat dielakkan, ini sangat menggelikan, kami bertemu wanita dengan jambang aneh, kami bertemu juga dengan wanita berbetis bongkol, betisnya itu seksi sekaliiii, aduhaiiii seperti ubi kayu, kami juga melihat sesosok wanita anggun , mungkin dia itu putri dari kerajaan yang akan kami datangi nanti, dengan tahi lalatnya yang begitu mempesona, sungguh seorang wanita yang memiliki karakter kuat, dengan bengkak di tangan kanannya. Ini akan jadi perjalanan yang luar biasa. Di dalam bis yang kami tumpangi kami bertemu dengan seorang pemuda yang wajahnya persis dengan salah seorang pemain bulutangkis Korea, dia duduk di dekat kami, tepat di sebelah, wanita tahi lalat nan elegant, dia mengenakan head-set nya, tidak lama dari berjalannya bis kami, dia tertidur sangat pulas… pulas sekali.
 Elastisitas kepalanya sangat luar biasa, kepalanya bisa bergerak ke segala penjuru arah, tenggeng ke kanan, ke kiri, lalu ia mulai bermimpi (mungkin), ia mulai menempelkan bibirnya ke kursi, ia mulai menciumi kursi itu, kami tertawa terpingkal melihatnya, tapi ia tetap tidak menyadarinya ia tertidur sangat pulas.
“Le, kenapa sih dia itu??” tanya Natce.
“Tidur” jawabku
“Nyenyak banget yak.?.” tambahnya lagi
“Mungkin dia sibuk, dia terlalu lelah, dia harus mengerjakan tugas kuliahnya atau dia capek membuatkan susu untuk anaknya (?)” kataku sambil berkhayal.
Natce tertawa dan ternyata si gadis berbetis bongkol menahan tawa nya, ia seakan- akan bergabung dengan kami dalam hal rasa dan hasrat.
Tak lama setelah itu, barulah aku sadari bahwa si pemain bulutangkis Korea itu adalah SILUMAN LIUR. Saat kepalanya mulai tenggeng ke sebelah kanan, aku merasakan ada aura yang sangat berbeda, ternyata setelah ku amati, jari- jarinya mulai basah dan, ya Tuhan, ternyata ya, dia adalah Siluman Liur, liurnya mulai membasahi beberapa bagian tubuhnya. Kami ketakutan sambil menahan tawa yang jika tak ditahan akan meledak membuat bis kami terbalik, kami saling berpelukan, kaki kami saling timpa, saat si wanita betis bongkol itu menimpa kaki kami, ya ampun sangat berat rasanya. Gadis bertahi lalat itu ketakutan, tahi lalatnya mulai membesar mengecil karena ikut tegang. Sebenarnya Siluman Liur, bukanlah sosok makhluk yang jahat, tapi jika liurrnya sampai terkena orang lain, maka orang itu akan menjadi monster, monster yang mengerikan. Liur siluman itu, lebih jahat dari pada gigi Drakula.
Beruntungnya semua penumpang selamat, tidak ada satu pun penumpang yang terkena liur berbahaya itu.
Akhirnya kami sampai dengan selamat, dan kami masuk ke dalam sebuah hutan, tapi sayangnya kami tak melihat ayah Nisun, ya ampun, cobaan apalagi ini, kami berjalan terus berjalan.
Tiba- tiba….
"Kita kehilangan jejak" teriak si Dolfi
"Haa, kehilangan jejak...??? Tidak mungkin, ya ampunnnn, bagaimana  ini....? Aku takut!!!" kata si Wawan ketakutan..
"Halahhhhh, kamu pikir aku akan peduli, kamu hanya ingin dibilang lemah dan tak berdaya kan.....? Minta dikasihani....??? Jangan harap!!" kata si Natce dengan emosi yang membuncah-buncah.
"Lihat gadis itu, gadis itu membawa tombak...lariiiiiiiii!!! kataku memberi perintah pada yang lain
" Haaaa...lihat dia sangat lucu... lucuuuuuuu" kata si Dolfi
"Bodoh... lari !!! Dasar kau Batress!!!! Dia akan membunuhmu" kata Nisun.
Kami lari sekencangg-kencanggnya, sambil tawa kami yang begitu eksotis membuncah- buncah, gadis bermahkota daun nangka, dengan kaos dalam bintang-bintang yang sudah kekecilan, megejar kami dengan tombaknya yang begitu mengerikan. Kami lari secepat dan sekuat yang kami bisa. Tapi kami terjebak, mereka sudah mengepung kami, kami bagaikan domba kecil, kelu, kami dibawa ke tempat pembantaian, kami pasrah, kami lelah, tak disangka secepat ini kami lenyap dari dunia ini.
" Hoo... kaba iso mlebu here" kata orang yang nampaknya adalah ketua suku.
"Kami hanya jalan- jalan saja tak ada maksuud apa- apa" jawab Natce.
Aku berpikir mengapa dia bisa mengerti...????. Setelah pembicaraan yang cukup panjang antara Natce dan si Ketua Suku, akhirnya tali yang mengikat kami dilepaskan. Aku dan yang lain masih afak bingung mengapa Natce bisa mengerti perkataan orang itu. Natce menceritakannya kepada kami bahwa sebenarnya, dia adalah orang asli sini, ia adalah seorang putri dari kerajaan aneh ini, ibunya memberikannya kepada seorang dokter ketika Natce berusia 13 tahun, ibunya menyerahkaan kepada dokter itu karrena Natce adalah anak yang banyak permintaannya, ibunya merasa tidak sanggup dan akhirnya ia tinggal dan dipelihara dengan keluarga dokter itu.
Kami tetap ada di tengah, mereka mengitari kami berlima, si gadis berkaos dalam bintang itu menyerahkan mahkotanya dan tombaknya kepada Wawan karena keunikan jempolnya yang ajaib dan ia menngiginkan Wawan untuk jadi pendamping hidupnya saat ia sudah besar nanti.

1 komentar:

  1. ya arra yuk. ...

    alhamdulillah. ... . .

    by wawan si jempol aduhai

    BalasHapus