Total Tayangan Halaman

Senin, 28 Februari 2011

M A T E M A T I K A


M
atematika. Bagaimana menurutmu..? Sulit, melelahkan,atau bahkan menakutkan. Buatku Matematika itu menyebalkan, membuat aku kadang jadi tidak karuan, jadi tak berdaya. Bagiku Matematika merupakan pelajaran yang tak ada habisnya, tak berujung, tak terpecahkan.
Mungkin, begitulah juga hidup, misteri, penuh teka-teki. Hidup itubagaikan bola yang tak ada ujungnya. Menggelinding, terus berputar, atas, bawah, senang, susah, bergantian, dan seringkali posisi bawah terus jadi posisi yang terus mampir. Waktu rasa senang hanyalah sebentar, sangat singkat. Apa wajib bersyukur? Pastinya, bersyukurlah dalam segala hal, katanya itulah kunci kebahagiaan, meski sulit bersyukur dalam kancah kemiskinan.
Dari hidup aku belajar apa itu arti senyuman, dari hidup aku juga belajar apa itu menghargai, dari hidup aku juga belajar apa itu ketekunan, apa itu perjuangan, dan dari hidup pulal-lah aku tahu arti kegagalan. Kadang hidup memaksaku untuk mengerti arti menyesal. Namun, bagiku hidup adalah kesempatan, tak patut disia-siakan. Aku pernah melihat seorang pekerja keras harus berakhir di usia 21 tahun, sungguh, ku akui, hari itu adalah hari di mana aku menyadari bahwa aku takut dengan apa yang namanya KEMATIAN. Menghargai hidup, inilah yang sedang ku pelajari sekarang, ini lebih penting dari segala disipllin ilmu yang pernah ku tahu. Hidup itu sebuah hadiah, yang tak ada tandingannya. Dia sudah berikan itu kepadamu, kepadaku, kepada mereka, kepada kita. Saat kau menolong gelandangan itu, saat kau tersenyum atau bahkan mau menjadi teman bagi si miskin yang dikucilkan, itulah hidup.
Namun, pandanganku ini berbeda dengan sekelompok orang di seluruh dunia ini, orang Indonesia, orang Jepang, orang Amerika, orang Prancis, orang Korea, paham ini dianut baik sengaja ataupun terpaksa dengan beberapa orang entah dia artis, mantan perdana menteri, pengusaha, orang biasa, bahkan gelandangan sekalipun menganut paham ini. Banyak orang yang hidup, meereka bertekun, berjuang untuk mencapai sebuah kelayakan. Mungkin memang, akhirnya, mereka dapatkan apa yang disebut dengan popularitas, mereka juga dapatkan materi yang jadi dambaan mereka selama ini. Tapi apa selanjutnya…? Mereka mulai menjadi me-Mamon-kan ambisi mereka, mereka jadi budak seks, untuk dapatkan popularitasnya, mereka yang inginkan kekayaan, tak mau berlama-lama, mereka akhirnya korupsi, ada juga yang terjebak di dunia prostitusi, ketika mereka mulai tersadar tidak sedikit yang menganggap semuanya sudah sia-sia dan tidak ada kesempatan untuk kembali di jalan kebenaran, akhirnya mereka memutuskan untuk loncat dari lantai 7 atau mengambil silet dan melukai diri sendiri hingga darah habis dan akhirnya mati sia-sia, mati dalam ketidaktahuannya tentang apa hidup itu sebenarnya.
Gayus Tambunan, siapa yang tidak tahu laki-laki ini, dia bak selebriti paling top di negeri ini, saat ini. Laki-laki yang memiliki kekayaan Rp. 84 M (yang terdeteksi), menyimpan bannyak rahasia, penuh misteri, atas kasusnya, yang katanya  PENGGELAPAN UANG NEGARA. Tapi apa arti hukuman itu buatnya, hukuman 7 tahun dan denda Rp 300 juta, itu sebenarnya tidak sebanding dengan kemewahan yang sudah dia kecap, dia sudah jalan-jalan kemana-mana, Bali, Macau, Singapura, macam-macam tempatlah, yang mungkin tak saya ketahui, dan dia disebut-sebut sebagai MAFIA PAJAK KELAS TERI. Apalagi ini mafia pajak kelas teri???? Bagaimana yang sekelas PAUSnya, oh bukan bagaimana kelas KAKAP, yang teri saja kekayaan yang diketahui Rp 84 M, lalu ditambah dengan hasil dari SPBUnya, WOW…!! Pasti nilai uangnya fantastis, dan berapa banyak uang negara yang dikeluarkan untuk mengurus kasus ini, tak sudah-sudah kasus ini, terus-menerus.
Lalu bagaimana si KORUPTOR yang menggawangi Bang Gayus…? Wah, berapa banyak ya, harta kekayaan yang ia miliki, pasti rumah mewahnya ada dimana-mana, mau apa tinggal tunjuk saja, bahkan orangpun bisa mereka beli. Lalu bagaimana nasib si jelata, yang harus kehilangan rumah dan semua harta benda yang nilainya mungkin ehm… jauhlah, saat gelombang tinggi itu datang, saat letusan demi letusan itu keluar, saat banjir datang, dan mungkin ketika saat-saat itu datang si PAUS kaya itu sedang tertidur pulas. Hidup itu mungkin sudah tidak adil lagi. Yang kaya makin kaya, yang kaya makin miskin (kata si Raja Dangdut), negeri inipun sudah begitu susah ditambah susah lagi,  bencana sana-sini belum kelar, si pemimpin minta naik gaji, bukankah ini hal yang lucu. Sementara banyak anak buahnya yang mungkin susah untuk dapatkan air bersih, beliau minta naik gaji, katanya, yang lain sudah dinaikkan gajinya sesuai dengan kerja keras mereka, aduh melankolisnya.pemimpin bangsa ini. Bagaimana, Bapak ini, belum ada hasil nyata untuk bangsa saja sudah minta naik gaji…? Mentang-mentang harga cabai naik, mungkin itu juga salah satu factor mengapa beliau minta naik gaji. Sementara itu, nenekk-nenek yang ada di jalan—jalan itu, harus mencari beras yang mungkin tercecer, untuk bantu-bantu makan keluarga, begitu katanya. Betapa ironinya nasib neegeri ini. Miris…!!!
Si miskin harus berpanas-panasan untuk dapatkan makan hari ini, jika tak bekerja ya tidak bisa makan. Dimana pemerataan kesejahteraan itu? Mungkin sudah dilupakan, mana ada lagi orang kaya yang mau berpikir keras untuk keseejahteraan si miskin itu. Si miskin ini tetap terjebak dalam suatu keadaan serba berkekurangan. Namun, bagi mereka untuk apalagi mengeluh, mungkin juga tak mau melankolis, mengasihani diri sendiri, mereka sudah lelah untuk lakukan hal itu.
Itulah hidup, jika diperhatikan memang hidup ini sulit, sangat sulit, siapa yang tahu apa yang akan terjadi, 3 menit kemudian pun tidak ada yang tahu. Mungkin kita sering berpikir hidup ini bak Matematika, MAkin TEkun MAkin TIdak KAruan, tapi bukan itu inti dari hidup ini bukan…? Aku tetap percaya bahwa ketekunan akan menimbulkan tahan uji, dan dari tahan uji akan datang kekuatan untuk terus boleh berbuat yang baik dan benar untuk diri sendiri dan sekitar, itulah hidup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar