Total Tayangan Halaman

Senin, 04 Juli 2011

Kisah Si Lelaki Tua Penjual Susu Kedelai

Kemarin, 3 Juli 2011, hari itu hari Minggu, hari Minggu yang membuatku penat akan segala aktifitas yang telah terjadi. Mulai dari suara anak- anak yang terlalu ribut dan sangat  mengganggu di gedung Sekolah Minggu. Aku muak dengan anak- anak nakal yang susah sekali diatur. Aku tegang, mungkin tensi darahku naik. Setelah Sekkolah Minggu usai aku berusaha mengembalikan moodku agar jaadi lebih baik, tapi apa hasilnya, aku harus berlama- lama di gereja untuk menunggu orang bersama ibuku. Lama sekali. Perut lapar, emosi kacau balau untung saja ada bolu kukus yang disediakan untuk para pelayan pagi itu, jadi aku makan saja.
Setelah orang yang ditunggu- tunggu datang, ibuku dan aku ke tempat yang jadi target selanjutnya, sebenarnya target ibu, tapi karena dia mengiming- imingiku dengan mi celor , salah satu makanan khas Palembang, aku bersedia menemaninya. Aku menunggu di luar, lumayan lama, aku enggan masuk ke dalam karena terlalu padat. Aku melihat- lihat betapa banyaknya pengemis yang sudah hampir sama banyaknya dengan orang- orang yang belanja. Ibuku keluar dari toko itu. Lalu kami menuju tempat penjual mi celor yang letaknya tidak jauh dari toko itu. Kami hanya tinggal berjalan saja ke sana.
Di sana, tidak jauh dari gerobak si penjual mi celor, ada orang gila. Saat aku duduk dan memesan, si orang gila tertawa dengan keras (bahkan orang gila menertawaiku L) . Aku ketakutan, tapi aku mencoba rileks, lalu tiba- tiba dia, si orang gila itu, bertasbih, ngebut sekali. Aku shock.
Ga papakata si penjual mi. “Dia ga ganggu” dia menarik nafas. “Dulunya dia ini adalah ulama, tidak lama setelah adiknya menjadi Mujahiddin, dia gila, katanya dia “dibuat” orang. Dia dari golongan Islam apa itu namanya… Aduh, aku lupa apa namanya, tidak ada kok di  Alquran-ku”
“Islam radikal..?” aku bertanya

Aku hanya sekedar mengangguk dan melanjutkan makanan ini, karena makanan ini salah satu makanan kesukaanku juga. Saat aku sedang menikmati makanan ini, saat aku sedang menghirup kuahnya yang begitu nikmat. “SLURP”, tiba- tiba “KRING- KRING”. Sepeda tua itu dengan dua tumpuk keranjang berisi susu kedelai yang bertuliskan SUSU KEDELE DINGIN HANGAT 100% GULA ASLI. Karena penasaran dengan dengan rasanya “GULA ASLI” aku beli, harganya tidak mahal seribu rupiah. Saat aku coba, yep, ini benar- benar gula asli.
“Nah, itu dia. Aliran keras, mungkin dia pernah jahat sama orang lain, jadi digituin” kata si Mamang.
Kemudian ibuku, bertanya pertama- tama soal susu kedelainya. Tapi karena logatnya yang begitu khas, ibuku bertanya asal orang ini. Dia akhirnya bercerita, bahwa dia adalah orang Manado, dia di kota ini sudah lumayan lama, ia seorang Kristiani dan istrinya Muslim. Dulu dia rajin ke gereja, tapi karena keadaan ekonomi terpaksa ia, menunda untuk datang ke gereja. Lalu ibuku menasihatinya, si Bapak berkat dengan logatnya yang khas “Saya maunya gitu, tapi susah sekali, Bu…”
Dia bercerita bahwa dulunya dia seorang pelaut, aku agak aneh dengan kaca matanya, lalu tidak lama kemudian dia bilang bahwa matanya tidak berfungsi sebelah itu gara- gara katarak dan sebelahnya sudah dioperasi melalui program seperti Peduli Kasih. Dia bilang pada ibuku, dia akan menyempatkan dirinya datang ke gereja. Si penjual mie celor pun ikut menasihati.
“Persiapan untuk akhirat, Pak. Ga ada yang tahu waktunya”
Begitulah, aku sedih ingin menangis, melihat orang setua itu dengan beberapa kekurangannya, ia tetap berusaha untuk mencari uang secara mandiri dan halal, dia tidak mengemis atau pun melakukan perbuatan yang tercela. Dari sini aku juga belajar bahwa alangkah baiknya kita memilih pasangan yang seiman dengan kita, jika beda kita sendiri yang akan kesulitan. Dan yang terpenting, tempatkan DIA di atas segalanya maka hidup kita BERAT akan berubah menjadi BERKAT.

                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar