Total Tayangan Halaman

Kamis, 31 Maret 2011

Cinta Terbagi Lima


Oke.. Baiklah… Kedurjanaan itu sebenarnya sudah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu. KEPOCIBEBCEP, sekarang itulah nama kelompok itu, padahal dulu nama komunitas nista itu adalah GODONG BANGKONG. Dinamakan Godong Bangkong, karena anggota genk  gaje itu mayoritas memiliki berat badan di atas 50 kg, tapi sejak bulan Februari tahun 2011,nama komunitas tidak penting itu berubah menjadi Kepoci Bebcep alias KEpompong keCIl yang beranjak menjadi BEBek CEPer, itulah sekelumit sejarah berdirinya KepociBebcep, anggotanya bertambah satu hingga tiga orang. Namun yang sudah pasti, Wawan, adalah anggota baru yang tetap, dan terkadang, Raju dan Lala, menjjadi anggota, yang terkesan ababil. Aku, Natce, August, Dolfi, Nisun, Mifdan, Endang, Kinda, Angie, Henyu, Kitrin, Yulsa, dan tentu saja bersama Wawan, Raju, dan Lala adalah anggota dari komunitas aneh nan durjana ini.
                Masalah demi masalah, kami hadapi bersama- sama, mulai dari pencapaian ambisi, kena semprot dosen (karena ngerumpi saat dosen ybs sedang menjelaskan), taapi semua itu kami hadapi dengan berani, sambil menatap masa depaan indah yang sudah menanti. Acap kali, kami membebaskkan imajinasi kami yang begitu liar dan membuncah- buncah, kami sering memberikan nama- nnama aneh pada suatu hal yang tidak terlalu diperhatikan oleh masyarakat. Kebanyakan dari kami memiliki sifat ramah lingkungan, seperti August, yang selalu tersenyum di sepanjang jalan kenangan, tapi terkadang dengan sangat iba- tiba ia juga bisa bermuram durja. Natce dan Nisun, dua gadis remaja yang belum memiliki ketetapan hati alias ababil, mereka berdua selalu beria- ria, mereka punya hobi yang lumayan aneh, JATUH CINTA,  entah mengapa hal itu menimpa kehidupan mereka. Memang sih, cinta anugerah, tapi kalau dalam waktu dua minggu bisa jatuh cinta pada tiga orang, apa itu namanya….??? Kadang aku bingung memikirkan tentang keanehan dalam hidup mereka, tapi ya sudahlah mungkin mereka sedang melewati masa metamorfosis.
                Lain lagi dengan  Henyu, salah satu cita- citanya adalah membangun sebuah toko buah dengan nama “ABABIL”, diinspirasikan oleh sebuah toko buah dengan nama “ABUBA”. Sedangkan, si Angie jadi- jadian itu berambisi untuk menaklukan seorang lelaki impiannya, si dokter ganteng itu, dengan cara apapun ia lakukan, demi cinta, itulah katanya.
Kedurjanaan kami yang lain adalah yang terjadi hari ini, 30 Maret 2011, hufttttt. Saat itu tiga orang durjaners, Dolfi, Raju, Mifdan, mengenakan pakaian dengan warna yang sama, akibat perut yang meronta- ronta, mereka memutuskan untuk makan siang bersama, mereka berjalan dengan baju couple mereka, iuhhhhhhh. Namun, kami memaksa Raju, membujuk tepatnya, untuk makan bersama kami, untuk makan bakso di GM Restaurant. Raju menolak dia bilang dia ingin makan nasi di warteg fakultas, well, baiklah, kammi relakan kepergiannya itu, dengan keyakinan bahwa suatu saat dia akan kembali pada kami, karena kami tahu betapa besar cintanya terhadap bakso.
                Lima menit berlalu, sepuluh menit kemudian, muncullah si Raju Aiphama, ini, “gw ga nefsong makan di warteg itu, makanannya gitu- gitu doang, sakit jiwa kali gw, lama- lama makan tuh makanan..” itulah kata- katanya saat masuk ke dalam istana kami alias kelas nista kami.
                Pukul 11.00 WIB kami memutuskan untuk bergerak menuju GM Restaurant, sesampainya di sana kami  menyaksikan bahwa begitu ramainya, tapi kami tetap mencari celah untuk bisa masuk ke dalam dan memesan bakso kami masing- masing.
Natce    : Mie  ayam bakso super
Aku        : Mie ayam bakso
Raju       :  Mie ayam
Wawan : Batagor
Lala        : Bakso super
“Lama banget sih…?” kataku “Laper nih!!!”. “ Haaa.. biasalah, Le, rame. Si abang bingung, lupa dia siapa aja yang pesen…” kata si Raju. Kmai menunggu cukup lama, akhirnya pesanan kami datang juga, kami saling melindungi hak dan milik masing- masing. “ Gw ga terima ayam lo banyak banget, gw ga sudih, Le..” kata si Raju kepadaku. “ Wahhhh… sakit jiwa loo, salain abangnya dong, tapi ini kan rejeki eke…” jawabku. Tiba- tiba si Natce, dengan sigapnya, menyerang mangkokku, dan siap   mengambil sayuranku. Dengan kekuatan bulan aku melindungi mangkokku ini, ” Ah, kenapa lo, ini punya gw, punya lo ada sendiri juga, durjana banget sih loooo, sakit jiwa lo….” Kataku. “Minta sayur ooo,  gw udah ga buang air berhari- hari nih…” kata Natce membela diri. “ Lo, pikir kita peduli sama lo…” Wawan menyeringai.          “ Tega” kata si Natce. Kami meyelesaikan makan kami di restoran nan megah itu. Selanjutnya kami melaksanakan tugas dan tanggug jawab kami , kami menyerahkan sebongkah uang kepada seorang teman yang bernama Iren, kami akan ketemuan di kedai kampus, cukup lama kami menunggu, banyak pengalaman baru yang kami dapat.
                Kami merasa agak tidak enak di kedai itu, kami hanya duduk, kami merasa seolah- olah mata menatap ke arah kami, akhirnya …
“Gw rasa kita harus mesen makanan, satu aja, cukuplah. Dari pada kita malu- maluin, hayoo.” Kami mengumpulkan uang kami, Natce menjadi investor terbesar,Rp. 2000,-, sementara yang lain Rp. 1000,-. Sembari kami menanti es krim aku berpikr lalu aku bertanya “ ada gay a es krim buntang??” teman- temanku sontak tertawa dan hanyut dalam imajinasi liar mereka masing- masing. Wawan lalu mengungkapkannya “Kalian lebih milih mana, buntang rasa vanilla atau vanilla rasa buntang..?”. Kami jijik membayangkannya, aku menjawab lebih baik yang rasa vanilla ajalah dan yang lain setuju,
Es krimnya datang, si Ibu pengantar agak kebingungan, orangnya ada lima tapi es krimnya cuma satu “tidak tahu diri” pasti itulah yang ada dalam pikiran si Ibu es krim. Es krimnya mungil sekali, menyedihkan, dasar es krim  durjana!!
. Baiklah kami akan mulai menggilir es krim cilik itu. Aku menyentuhnya pertama kali, lalu si Natce marah- marah kepadaku “aku investor tebesar, penanam saham terbanyak, inget itu…!!! Kami bergantian menikmatti es krim kekonyolan itu, kami berlima, dalam tindakan durjana itu, satu sendok yang dari mulut ke mulut, ini sebenarnya sangat menjijikan sekali tapi persahabatan itu lebih  dari sekedar kecapan es krim dan rasanya lebih manis dari pada es krim itu, dan persahabatan yang kami jalani ini, bahkan lebih durjana dari pada es krim bergilir itu.

2 komentar: